- Back to Home »
- Agama , Artikel »
- Dialog Abu Hanifah dengan Atheis
Posted by : Unknown
Friday, 6 December 2013
Pada Zaman Imam Abu Hanifah hiduplah seorang ilmuwan besar, atheis dari
kalangan bangsa Romawi. Pada suatu hari, Ilmuwan Atheis tersebut berniat
untuk mengadu kemampuan berfikir dan keluasan ilmu dengan ulama-ulama
Islam. Dia hendak menjatuhkan ulama Islam dengan beradu argumentasi.
Setelah melihat sudah banyak manusia yang berkumpul di dalam masjid, orang kafir itu naik ke atas mimbar. Dia menantang siapa saja yang mau berdebat dengannya.
Dan diantara shaf-shaf masjid bangunlah seorang laki-laki muda, dialah Abu Hanifah dan ketika sudah berada dekat di depan mimbar, dia berkata : “Inilah saya, hendak bertukar fikiran dengan tuan“.
Mata Abu Hanifah berusaha untuk menguasai suasana, namun dia tetap merendahkan diri karena usianya yang masih muda. Abu Hanifah berkata, “Sekarang apa yang akan kita perdebatkan!“.
I. KAPAN ALLAH ADA
Atheis : Pada tahun berapa Robbmu dilahirkan?
Abu Hanifah : Allah berfirman: 'Dia [Allah] tidak melahirkan & tidak dilahirkan.
Atheis : Pada tahun berapa Dia berada?
Abu Hanifah : Dia berada sebelum adanya sesuatu
Atheis : Kami mohon diberi contoh yang lebih jelas dari kenyataan!
Abu Hanifah : Angka berapa sebelum angka empat?
Atheis : Angka tiga.
Abu Hanifah : Angka berapa sebelum angka tiga?
Atheis : Angka dua.
Abu Hanifah : Angka berapa sebelum angka dua?
Atheis : Angka satu.
Abu Hanifah : Angka berapa sebelum angka satu?
Atheis : Tidak ada angka [nol].
Abu Hanifah : Kalau sebelum angka satu tidak ada angka lain yang mendahulinya, kenapa kalian heran kalau sebelum Allah yang Maha satu yang hakiki tidak ada yang mendahului-Nya?
II. MAKSUD ALLAH MENGHADAPKAN WAJAH
Atheis : Kemana Robbmu menghadapkan wajahnya?
Abu Hanifah : Kalau kalian membawa lampu digelap malam, kemana lampu itu menghadapkan wajahnya?
Atheis : Keseluruh penjuru.
Abu Hanifah : Kalau demikian halnya dengan lampu yang cuma buatan itu, bagaimana dengan Allah Ta'ala, nur cahaya langit dan bumi.
III. ZAT ALLAH
Atheis : Tunjukkan kepada kami zat Robbmu, apakah ia benda padat seperti besi, atau benda cair seperti air, atau menguap seperti gas?
Abu Hanifah : Pernahkan kalian mendampingi orang sakit yang akan meninggal?
Atheis : Ya, pernah.
Abu Hanifah : Semula ia berbicara dengan kalian dan menggerak-gerakan anggota tubuhnya. Lalu tiba- tiba diam tak bergerak. Nah apa yang menimbulkan perubahan itu?
Atheis : Karena rohnya telah meninggalkan tubuhnya
Abu Hanifah : Apakah waktu keluarnya roh itu kalian masih ada disana?
Atheis : Ya, masih ada.
Abu Hanifah : Ceritakanlah kepadaku, apakah rohnya itu benda padat seperti besi, atau cair seperti air atau menguap seprti gas?
Atheis : Entahlah, kami tidak tahu.
Abu Hanifah : Kalau kalian tidak bisa mengetahui bagaimana zat maupun bentuk roh yang hanya sebuah makhluk, bagaimana kalian bisa memaksaku untuk mengutarakan zat Allah Ta'ala?!!
IV. DIMANA ALLAH
Setelah melihat sudah banyak manusia yang berkumpul di dalam masjid, orang kafir itu naik ke atas mimbar. Dia menantang siapa saja yang mau berdebat dengannya.
Dan diantara shaf-shaf masjid bangunlah seorang laki-laki muda, dialah Abu Hanifah dan ketika sudah berada dekat di depan mimbar, dia berkata : “Inilah saya, hendak bertukar fikiran dengan tuan“.
Mata Abu Hanifah berusaha untuk menguasai suasana, namun dia tetap merendahkan diri karena usianya yang masih muda. Abu Hanifah berkata, “Sekarang apa yang akan kita perdebatkan!“.
I. KAPAN ALLAH ADA
Atheis : Pada tahun berapa Robbmu dilahirkan?
Abu Hanifah : Allah berfirman: 'Dia [Allah] tidak melahirkan & tidak dilahirkan.
Atheis : Pada tahun berapa Dia berada?
Abu Hanifah : Dia berada sebelum adanya sesuatu
Atheis : Kami mohon diberi contoh yang lebih jelas dari kenyataan!
Abu Hanifah : Angka berapa sebelum angka empat?
Atheis : Angka tiga.
Abu Hanifah : Angka berapa sebelum angka tiga?
Atheis : Angka dua.
Abu Hanifah : Angka berapa sebelum angka dua?
Atheis : Angka satu.
Abu Hanifah : Angka berapa sebelum angka satu?
Atheis : Tidak ada angka [nol].
Abu Hanifah : Kalau sebelum angka satu tidak ada angka lain yang mendahulinya, kenapa kalian heran kalau sebelum Allah yang Maha satu yang hakiki tidak ada yang mendahului-Nya?
II. MAKSUD ALLAH MENGHADAPKAN WAJAH
Atheis : Kemana Robbmu menghadapkan wajahnya?
Abu Hanifah : Kalau kalian membawa lampu digelap malam, kemana lampu itu menghadapkan wajahnya?
Atheis : Keseluruh penjuru.
Abu Hanifah : Kalau demikian halnya dengan lampu yang cuma buatan itu, bagaimana dengan Allah Ta'ala, nur cahaya langit dan bumi.
III. ZAT ALLAH
Atheis : Tunjukkan kepada kami zat Robbmu, apakah ia benda padat seperti besi, atau benda cair seperti air, atau menguap seperti gas?
Abu Hanifah : Pernahkan kalian mendampingi orang sakit yang akan meninggal?
Atheis : Ya, pernah.
Abu Hanifah : Semula ia berbicara dengan kalian dan menggerak-gerakan anggota tubuhnya. Lalu tiba- tiba diam tak bergerak. Nah apa yang menimbulkan perubahan itu?
Atheis : Karena rohnya telah meninggalkan tubuhnya
Abu Hanifah : Apakah waktu keluarnya roh itu kalian masih ada disana?
Atheis : Ya, masih ada.
Abu Hanifah : Ceritakanlah kepadaku, apakah rohnya itu benda padat seperti besi, atau cair seperti air atau menguap seprti gas?
Atheis : Entahlah, kami tidak tahu.
Abu Hanifah : Kalau kalian tidak bisa mengetahui bagaimana zat maupun bentuk roh yang hanya sebuah makhluk, bagaimana kalian bisa memaksaku untuk mengutarakan zat Allah Ta'ala?!!
IV. DIMANA ALLAH
Atheis : Dimana kira'kira Robbmu berada?
Abu Hanifah : Kalau kami membawa segelas susu segar ke sini, apakah kalian yakin kalau didalam susu itu terdapat zat minyaknya [lemak]?
Atheis : Tentu
Abu Hanifah : Tolong perlihatkan kepadaku dimana adanya zat minyak itu?
Atheis : Membaur dalam seluruh bagiannya
Abu Hanifah : Kalau minyak yang makhluk itu tidak ada tempat khusus dalam susu tersebut, apakahlayak kalian meminta kepadaku untuk menetapkan tempat Allah Ta'ala?!
V. TAKDIR ALLAH
Atheis : Kalau segala sesuatu sudah ditakdirkan sebelum diciptakan, lalu apa kegiatan Robbmu kini?
Abu Hanifah : Ada pekerjaan-Nya yang dijelaskan dan ada pula yang tidak dijelaskan.
Atheis : Kalau ada orang masuk ke surga itu ada awalnya,kenapa tidak ada akhirnya? Kenapa di surga kekal selamanya?
Abu Hanifah : Hitungan angka pun ada awalnya tetapi tidak ada akhirnya.
Atheis : Bagaimana kita bisa makan dan minum di surga tanpa buang air kecil & besar?
Abu Hanifah : Kalian sudah mempraktekkanya ketika kalian ada di perut ibu kalian. Hidup dan makan minum selama sembilan bulan, akan tetapi tidak pernah buang air kecil dan besar disana. Baru kita melakukan dua hajat tersebut setelah keluar beberapa saat ke dunia.
Atheis : Bagaimana kebaikan surga akan bertambah dan tidak akan habis-habisnya jika dengan dinafkahkan?
Abu Hanifah : Allah juga menciptakan sesuatu di dunia, yang bila dinafkahkan malah bertambah banyak, seperti ilmu. Semakin diberikan ilmu kita semakin berkembang dan tidak berkurang.
Atheis : Kalau segala sesuatu sudah ditakdirkan sebelum diciptakan, lalu apa kegiatan Robbmu kini?
Abu Hanifah : Ada pekerjaan-Nya yang dijelaskan dan ada pula yang tidak dijelaskan.
Atheis : Kalau ada orang masuk ke surga itu ada awalnya,kenapa tidak ada akhirnya? Kenapa di surga kekal selamanya?
Abu Hanifah : Hitungan angka pun ada awalnya tetapi tidak ada akhirnya.
Atheis : Bagaimana kita bisa makan dan minum di surga tanpa buang air kecil & besar?
Abu Hanifah : Kalian sudah mempraktekkanya ketika kalian ada di perut ibu kalian. Hidup dan makan minum selama sembilan bulan, akan tetapi tidak pernah buang air kecil dan besar disana. Baru kita melakukan dua hajat tersebut setelah keluar beberapa saat ke dunia.
Atheis : Bagaimana kebaikan surga akan bertambah dan tidak akan habis-habisnya jika dengan dinafkahkan?
Abu Hanifah : Allah juga menciptakan sesuatu di dunia, yang bila dinafkahkan malah bertambah banyak, seperti ilmu. Semakin diberikan ilmu kita semakin berkembang dan tidak berkurang.
Post a Comment